Selasa, 31 Maret 2015

Kritik Pedas Hizbulah untuk Raja Saudi

Unknown  |  at  Selasa, Maret 31, 2015  |  , , , , , ,  |  No comments

Pemimpin Hizbullah Lebanon Hassan Nasrallah mengecam Arab Saudi yang pada Rabu malam (25/3) melakukan intervensi militer di Yaman. Dia menuduh kerajaan Arab itu menutup mata terhadap penderitaan rakyat Palestina dan pendanaan kelompok Islamic State atau ISIS yang berpusat di Irak dan Suriah.

Nasrallah menyerukan agar kelompok bersenjata Houthi dan pemerintah Yaman kembali ke dialog dan inisiatif politik.

Nasrallah memperingatkan, setiap invasi darat akan berakhir dengan kegagalan.

“Selama beberapa dekade, rakyat Palestina dan negara-negara tetangga Israel tidak merasa (koalisi) Firmness Storm, bahkan tidak Firmness Breeze,” kata Nasrallah dalam pidato televisinya, mengejek Arab Saudi yang memimpin koalisi Firmness Storm (Badai Ketegasan) yang terdiri lebih 10 negara melawan pemberontak Houthi Yaman.

“Rakyat Palestina masih memohon kepada Anda dan rumah-rumah ribuan warga Gaza hancur. Mereka adalah Muslim Sunni,” tambahnya.

Pemerintah Riyadh telah memulai serangannya dan mengumumkan telah mengumpulkan koalisi lebih 10 negara, termasuk lima kerajaan Teluk, untuk operasi militer guna mempertahankan pemerintahan Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi.

Langkah militer terhadap pemberontak Syiah Houthi memicu kemarahan dari rival Arab Saudi, yaitu Iran, sekutu utama Hizbullah Lebanon. Para pejabat di Teheran memperingatkan, aksi militer itu mengancam akan menyebar ke negara-negara lain.

“Jika tujuannya adalah untuk menyelamatkan rakyat Yaman, mengapa Anda meninggalkan rakyat Palestina selama puluhan tahun? Mengapa Anda mengkhianati mereka? Jika tujuannya adalah untuk mengembalikan legitimasi di Yaman, kenapa Anda tidak mencari itu untuk Palestina?” kata Nasrallah untuk Raja Arab Saudi.

“Anda tidak merasakan ancaman yang datang dari Israel, yang memiliki salah satu tentara terbesar di dunia. Israel berbatasan laut (Teluk Aqaba dan Laut Merah) dan samudera, tapi itu tidak pernah menjadi musuh atau ancaman bagi Anda.”

“Sanksi dan menyerukan dialog bisa didahulukan sebelum keputusan menggunakan opsi militer, jadi mengapa Anda terburu-buru untuk perang yang seharusnya disimpan sebagai penyelesaian terakhir?” Nasrallah bertanya-tanya.

Dia mencatat, Houthi telah terlibat dalam dialog dengan Saudi sebelum kematian Raja Abdullah bin Abdul Aziz pada Januari lalu.

“Pada malam kematian Raja Abdullah ada delegasi negosiasi dan mereka melakukan dialog politik di Riyadh, tapi semuanya berubah di tangan penguasa Saudi yang baru,” keluh Nasrallah.

“Apa yang dilakukan Houthi kepada Anda sehingga menuduh mereka mengancam keamanan Anda?” tambahnya teruntuk pemerintah Riyadh, Arab Saudi.

Sementara terkait tuduhan bahwa pemerintah Teheran berada di belakang Houthi dalam “drama perebutan kekuasaan di Yaman”, Nasrallah menjelaskan, tuduhan bahwa Yaman telah “diduduki oleh Iran” adalah “salah satu kebohongan terbesar yang sedang beredar”.

“Di mana buktinya Yaman berada di bawah pendudukan Iran? Di mana pangkalan militer Iran dan tentaranya di Yaman?” katanya.

“Arab Saudi telah campur tangan dalam segala sesuatu di Yaman, tetapi di mana keamanan dan kemakmuran di Yaman? Mengapa Anda menolak keanggotaan Yaman dalam Dewan Kerjasama Teluk (GGC)? Apakah Anda tidak berurusan dengan rakyat Yaman secara arogan dan menghina?” kata Nasrallah.

Menurutnya, Teheran tidak memaksakan apa pun atau mengganggu di Yaman, justeru Riyadh telah mendorong seluruh rakyat Yaman untuk merangkul Iran, sama seperti yang terjadi dengan Irak, Palestina dan Suriah.

“Alasan sebenarnya (di balik operasi militer) adalah Arab Saudi telah kehilangan hegemoninya dan bertaruh di Yaman serta kehilangan harapan dalam kelompok Takfiri-nya. Perang ini bertujuan mendapatkan kembali hegemoni atas Yaman,” jelasnya.

“Kami mengutuk agresi menindas Saudi terhadap Yaman dan kami menyerukan segera diakhirinya agresi ini. Kami menyerukan untuk menghidupkan kembali inisiatif politik di Yaman,” kata Nasrallah.

Dia menggarisbawahi, rakyat Yaman memiliki hak untuk menolak dan akan muncul sebagai pemenang.
“Apakah tentara Saudi lebih kuat dari tentara Amerika? Di mana tentara Amerika di Irak, Afghanistan dan Lebanon? Apakah tentara Saudi lebih kuat dari tentara Israel? Di mana tentara Israel di wilayah tersebut?”

“Setiap tentara penjajah akhirnya akan dikalahkan dan kampanye udara tidak bisa meraih kemenangan,” tegasnya.

Nasrallah juga mengecam Arab Saudi atas tuduhan perannya di Irak dan Suriah.
“Apa yang telah Anda lakukan untuk Irak? Ketika rakyat Irak bangkit ingin mengembalikan posisinya dan mengkonfrontasi (Amerika), Anda melepaskan Al-Qaeda dan semua kelompok Takfiri melawan mereka,” kata Nasrallah.

“Intelijen Saudi berada di belakang pengiriman pembom bunuh diri ke Irak dan kejahatan terbaru Anda terhadap Irak adalah Daesh (kelompok ISIS), yang Anda dan sekutu Anda mengirim untuk menggulingkan (Presiden Suriah) Bashar Al-Assad dan rezim Al-Maliki di Irak,” kata Nasrallah.

Administrator

Seorang Muslim Syiah Imamiyah Itsna 'Asyariyah: Pecinta Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya dan Pecinta NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Ya Aba Abdillah! Hidup Indonesia!

0 komentar:

General

© 2015 Gen Syi'ah. WP Mythemeshop Converted by Bloggertheme9
Blogger Template. Powered by Blogger.