Kelompok radikal ISIS cabang Yaman mengklaim bertanggung jawab terhadap serangan bom bunuh diri di dua masjid di Ibu Kota Yaman, Sanna, yang menewaskan sedikitnya 137 orang pada Jumat 20 Maret 2015. Sedikitnya 300 terluka dalam serangan itu. Kelompok radikal tersebut dilakukan saat ummat salat Jumat, serta darah mengalir seperti sungai.
Seperti dilansir BBC, Sabtu 21 Maret 2015, kedua masjid yang dibom itu diketahui digunakan oleh para pendukung gerakan pemberontak Zaidi dari kelompok Syiah Houthi yang menguasai Sanaa.
Empat pelaku bom bunuh diri menyerang masjid Badr di selatan Sanna dan masjid al-Hashoosh di utara ibu kota. Aksi penyerangan dilakukan di saat umat Syiah sedang menunaikan ibadah salat Jumat.
Di masjid Badr, salah satu bomber memasuki gedung dan meledakkannya. Sementara, bomber kedua tertangkap di dekat pintu gerbang utama. Ulama Houthi yang juga imam masjid Badr, Al-Murtada bin Zaid al-Mahatwari menjadi salah satu yang tewas dalam serangan itu.
Dua bomber lagi menyerang masjid al-Hashoosh. Satu meledakkan bom di dekat pintu masuk. Satu bomber lainnya berlari ke dalam masjid dan meledakkan diri.
Ini adalah serangan brutal pertama ISIS cabang Yaman sejak didirikan November 2014 lalu. "Darah mengalir seperti sungai," ujar Mohammed al-Ansi, saksi mata yang selama dari serangan.
Yaman telah mengalami instabilitas politik selama bertahun-tahun akibat pemberontakan kelompok Houthi yang diketahui sudah mengontrol 21 provinsi di negara itu.
Pemerintah yang diakui internasional, Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi dilaporkan melarikan diri ke kota pelabuhan selatan Aden.
Stasiun TV al-Masirah yang dikuasai pemberontak Houthi menampilkan gambar dari masjid al-Hashoosh. Gambar menunjukkan relawan mengangkut korban dengan menggunakan selimut yang sudah berlumuran darah. Jenazah-jenazah juga dibaringkan di dalam masjid.
Sebuah pernyataan kelompok ISIS melalui Twitter berjanji akan terus melancarkan serangan terhadap kelompok Syiah Houthi di Yaman.
"Biarkan Houthi musyrik mengetahui bahwa tentara dari Negara Islam tidak akan beristirahat sampai kami mencabut nyawa mereka," dalam pernyataan tersebut.
Sementara itu, Gedung Putih mengutuk serangan brutal yang menewaskan ratusan orang itu. Meski begitu, pihak Gedung Putih belum bisa memastikan serangan itu dilancarkan oleh kelompok ISIS.
"Bahwa jenis-jenis klaim sering dibuat sebagai upaya untuk menguntungkan propaganda mereka," ujar juru bicara Gedung Putih.
0 komentar: