Sebenarnya, mencerna konflik Yaman itu tidak sulit-sulit amat. Asal punya basis logika yang kuat, sudah cukup. Berikut ini analisis singkat dan logis yang saya adaptasi dari media :
Pemberontak di Suriah dan Libya diberi julukan mujahid. Pemberontak di Yaman disebut bughot. Kok bisa??
Di Iran tidak ada kedutaan AS dan Israel, tapi Iran disebut “sekutu Israel”. Di Saudi ada pangkalan militer AS dan di Qatar ada Kedutaan Israel. Tapi mereka disebut “anti Amerika dan Israel”. Kok bisa?
Apakah alasan Arab Saudi menyerang Yaman?
Jika karena alasan Syiah, bukankah di Arab Saudi sendiri juga banyak Syiah?
Jika dengan alasan membasmi pemberontak (bughot), mengapa pemberontak di Suriah malah didukung Arab Saudi?
Jika dengan alasan Syiah, mengapa Arab Saudi tidak segera menyerang Iran yang jelas-jelas Syiah dan menjadi pendukung rezim Suriah dan milisi Houthi di Yaman?
Apakah alasan Arab Saudi menyerang Yaman?
Jika Arab Saudi sedang memberikan bantuan kemanusiaan untuk warga Yaman, mengapa menggunakan bom, korban yg berjatuhan pun dari pihak sipil (wanita dan anak kecil)?
Jika Arab Saudi sedang memperjuangkan agama Islam, mengapa dibantu AS dan Israel?
Jika Arab Saudi sedang membantu sesama Arab (rezim Mansur Hadi yang minta perlindungan), bukankah Palestina juga sangat Arab? Mengapa setelah berlalu puluhan tahun, Saudi tak juga menyerang Israel yang menindas warga Arab Palestina?
Jika Arab Saudi ingin menegakkan demokrasi (melindungi rezim Mansur Hadi), bukankah Arab Saudi sendiri adalah rezim monarkhi non- demokratis?
Mereka dulu mengatakan, “Kami serang dulu Suriah, setelah itu baru kami ke Palestina untuk taklukkan Israel.”
Kini, saat menyerang Yaman, mereka berkata, “Raja Salman meniru Salahudin Al Ayubi, menyerang Syiah dulu, baru melawan Romawi.”
Mereka pura-pura lupa: yang menjual senjata ke Arab Saudi adalah AS. Apakah mereka kira AS mau menjual senjata-senjata itu bila digunakan Arab Saudi untuk menyerang Israel?
Saat Hosni Mubarak digulingkan melalui aksi-aksi demo masif rakyatnya sendiri, Arab Saudi secara resmi menentang penggulingan itu, tapi tak melakukan apapun.
Saat Presiden Mursi dikudeta, Saudi mengucapkan selamat pada Jenderal Al Sisi dan memasukkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris.
Saat Presiden Bashar Assad diperangi oposisi dan pemberontak, Saudi mendukung (dan membiayai) pemberontak itu.
Saat rakyat Bahrain berdemo besar-besaran untuk menuntut raja dari dinasti Al Khalifah mundur, Saudi mengirim pasukannya untuk menembaki dan menangkap para demonstran.
Saat rakyat Palestina lebih 60 tahun berjuang melawan Israel yang menjajah tanah air mereka, Saudi diam saja.
Saat rakyat Yaman dari berbagai faksi dan mazhab berdemo besar-besaran memprotes rezim Mansour al Hadi, Saudi membombadir Yaman.
Kesimpulan: peta lawan-dan-kawan Saudi sangatlah acak, tidak melulu Sunni atau melulu Syiah. Jadi akar konflik bukan mazhab, tapi kepentingan (uang & kekuasaan).
0 komentar: