Rabu, 12 November 2014

Makna Islam dan Iman

Administrator  |  at  Rabu, November 12, 2014  |  ,  |  No comments

Gen Syi'ah - Telah diketahui dengan pasti bahwa hanya dengan Islam dan Iman, seorang hamba dapat meraih puncak keridha-an Allah SWT. Semua perbuatannya bergantung pada nilai-nilai keduanya. Betapa pun jelasnya hal ini, namun saya tetap merasa perlu menekankan hal tersebut disini, semata-mata demi menyadarkan sebagian orang yang fanatik, yang senantiasa ingin membangkitkan kembali semangat kesukuan dan kepartaian jahiliah.

Padahal, saudara-saudara kita, Ahlus-Sunnah, telah sepakat bahwa hakikat Islam dan Iman ialah pengucapan dua kalimat syahadat, pembenaran adanya Hari Kebangkitan, lima shalat sehari semalam menghadap kiblat, pelaksanaan ibadah haji, puasa di bulan Ramadhan, serta pengeluaran zakat serta seperlima (khumus) dari harta perolehan (ghanimah) yang diwajibkan.[1] Hal ini tercantum dengan jelas sekali dalam keenam kitab kumpulan hadis (ash-shihah as-sittah) maupun kitab-kitab hadis lainnya.

Dalam Shahih Al-Bukhari dengan sanadnya, dicantumkan sabda Rasulullah Saw:
Barangsiapa bersaksi bahwa “tiada Tuhan selain Allah”, menghadap kiblat kita, mengerjakan shalat kita, dan memakan hasil sembelihan kita, maka ia adalah seorang Muslim. Baginya berlaku hak dan kewajiban yang sama sebagai Muslim lainnya.

Al-Bukhari juga merawikan dari Anas r.a., bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:
Barangsiapa menunaikan shalat kita, menghadap kiblat kita, serta makan hewan sembelihan kita, maka ia adalah seorang Muslim. Baginya dzimmah (jaminan keamanan) Allah dan Rasul-Nya. Maka janganlah kamu mengkhianati janji Allah dalam dzimmah-Nya.[2]

Masih dalam Shahih Bukhari, dengan sanad dari Thalhah bin Ubaidillah:[3] Pernah datang seorang laki-laki dari Nejed kepada Rasulullah Saw. Orang itu kepalanya penuh debu. Kami mendengar suaranya yang keras namun tak mengerti apa yang ia bicarakan, sampai ia mendekat kepada Rasulullah Saw. Maka terdengarlah ia bertanya tentang beberapa kewajiban dalam Islam. Jawab Rasulullah Saw: “Shalat lima kali dalam sehari semalam!” Orang itu bertanya lagi: “Adakah shalat yang wajib atas diriku selain yang lima itu?" Jawab Nabi: “Tidak, kecuali jika kamu mau berbuat yang sunnah.” Dan Rasulullah Saw melanjutkan: “Juga wajib puasa di bulan Ramadhan.” Orang itu bertanya lagi: “Ada jugakah puasa yang wajib bagiku selain dari itu.” Jawab Nabi: “Tidak, kecuali kalau engkau mau berbuat yang sunnah.” Rasulullah.Saw lalu menyebutkan tentang kewajiban zakat, dan laki-laki itu bertanya lagi: “Adakah pengeluaran harta yang wajib bagiku selain dari zakat itu.” Jawab Rasulullah: “Tidak, kecuali kalau engkau suka berbuat yang sunnah.” Kemudian laki-laki itu pergi seraya berkata: “Demi Allah, tidak akan kutambah dari semua ini dan tidak pula akan kukurangi. Mendengar itu, Rasulullah Saw bersabda: “Beruntunglah ia jika ia jujur dalam ucapannya itu.”

Juga dalam Shahih Bukhari disebutkan sebuah hadis dengan sanad sampai kepada Nafi’ bahwa seorang laki-laki datang kepada Ibnu Umar seraya bertanya: “Hai Abu Abdur-Rahman, gerangan apakah yang mendorongmu untuk – setiap tahunnya – menunaikan ibadah haji atau umrah, sedangkan Anda meninggalkan jihad fi sabilillah? Padahal Anda tahu betapa kuatnya Allah menekankan tentang keutamaannya!” Jawab Ibnu Umar: “Hai anak saudaraku, agama Islam itu ditegakkan atas lima perkara: Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, shalat lima kali sehari semalam, puasa di bulan Ramadhan, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji.”

Dalam Shahih Bukhari pula diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Pada suatu hari Rasulullah Saw sedang duduk bersama-sama dengan orang banyak, ketika datang kepadanya seorang laki-laki, lalu bertanya: “Apakah Iman itu?” Jawab beliau: “Iman ialah percaya kepada Allah, malaikat-Nya, dan Hari Kebangkitan.” Tanya laki-laki itu selanjutnya: “Apakah Islam itu?” Jawab Nabi Saw: “Islam adalah menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, dan berpuasa di bulan Ramadhan . . .” Sesudah itu laki-laki (si penanya) tersebut pergi. Namun, Rasulullah segera berkata: “Panggil laki-laki itu kembali!” Tetapi mereka tak melihat seorang pun. Lalu Nabi Saw bersabda: “Itulah malaikat Jibril, datang untuk mengajari manusia tentang agama mereka.”

Hadis di atas juga diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahih-nya dengan sanad yang berbeda, sebagian dari Umar bin Khaththab, sebagian dari putranya (Abdullah bin Umar), dan sebagian lagi dari Abu Hurairah, dengan sedikit tambahan dan kekurangan.

Al-Bukhari juga telah meriwayatkan di beberapa tempat dalam kitab Shahih-nya dengan sanad sampai kepada Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw pernah berkata kepada delegasi Abdul Qais (yakni tatkala beliau Saw menyuruh mereka agar beriman kepada Allah yang Mahaesa saja): “Tahukah kamu apa arti Iman kepada Allah yang Mahaesa?” Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Sabda Rasulullah Saw: “Itulah kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah pesuruh Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan memberikan seperlima (khumus) dari harta perolehan (maghnam).”[4]

Hadis-hadis yang mengandung makna seperti ini tak dapat dihitung karena banyaknya. Siapa saja yang ingin mengetahuinya, silakan mengkaji dan mendalaminya dalam kitab-kitab shahih yang enam dan kitab-kitab lainnya, terutama sekali dalam pasal keimanan dalam Shahih Muslim. Di dalam kitab tersebut, terdapat banyak bab yang memberikan kepastian bahwa definisi “Islam” dan “Iman” seperti yang dipahami oleh Ahlus-Sunnah tidak lain adalah seperti yang telah diutarakan di atas; sedangkan yang akan diuraikan dalam dua pasal mendatang akan lebih memperjelas lagi. Oleh karena itu, renungkanlah baik-baik.
_____________________________________

1. Mungkin sebagian kaum Muslim ada yang membedakan-antara “Islam” dan “Iman”, berdasarkan apa yang dapat dipahami dari ayat 14 Surah Al-Hujurat di bawah ini:
Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman, “Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, namun katakanlah ‘kami telah Islam’.”
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan “Islam” itu hanya merupakan pemyataan masuk agama (Islam) dan berserah diri kepada Nabi Muhammad Saw. Adapun “Iman” adalah keyakinan yang teguh di dalam hati sanu. bari kaum beriman seraya mengikrarkannya dengan lisan. Dengan demikian, “Iman” lebih khusus daripada “Islam”. Adapun kami (kaum Syi’ah) menambah satu hal lagi, yakni wilayah (pengakuan kedua belas Imam sebagai pemimpin-pemimpin umat).

2. Sudah tentu hadis ini dan sebelumnya terikat dengan penyaratan puasa, zakat dan haji.

3. Hadis ini juga terdapat dalam Shahih Muslim dengan sanad yang sama.

4. Muslim juga telah meriwayatkan hadis ini dalam beberapa tempat dari kitab Shahih- nya. Jelaslah, hal ini merupakan dalil bahwa kewajiban mengeluarkan seperlima (khumus) dari hasil perolehan merupakan salah satu rukun Islam seperti halnya shalat dan zakat. Dengan demikian, hadis tersebut merupakan pengikat atau penjelas bagi hadis-hadis seperti ini yang tidak mencantumkan perihal kewajiban mengeluarkan khumus. Memang hal ini tidak mengherankan, karena Al-Quran dan As-Sunnah berkaitan satu sama lain.

Administrator

Seorang Muslim Syiah Imamiyah Itsna 'Asyariyah: Pecinta Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya dan Pecinta NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Ya Aba Abdillah! Hidup Indonesia!

0 komentar:

    Popular Posts

General

© 2015 Gen Syi'ah. WP Mythemeshop Converted by Bloggertheme9
Blogger Template. Powered by Blogger.