Jika kita melihat hadits-hadits berkenaan dengan Imam Mahdi yang ada di kitab-kitab kaum muslimin, tanpa ragu kita dapat pastikan bahwa hadits-hadits tersebut diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi saw. Mengingat banyaknya hadits-hadits tersebut yang tidak mungkin semuanya kami nukilkan pada kesempatan kali ini, karenanya kami hanya memilih beberapa riwayat saja yang kepastian datangnya dari Nabi SAW sudah jelas,sebagai berikut:
Pertama, Mereka yang menukil hadits-hadits Al Mahdi
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa, tidak ada seorang muhaddits pun yang tidak menukil hadits tentang kabar gembira kedatangan Imam Mahdi di akhir zaman. Bahkan sebagian dari mereka telah menulis kitab-kitab yang khusus mengenai Imam Mahdi.[24]
Adapun para ulama dan muhaddits yang meriwayatkan hadits-hadits tersebut atau menukilnya sebagai argumen kebenaran keyakinan akan Al Mahdi sejauh yang kami ketahui dari kitab-kitab mereka adalah sebagai berikut:
Ibnu Saad, penulis Tabaqat Kubro (wafat 230 H), Ibnu Abi Syaibah (wafat 235 H), Ahmad Bin Hanbal (wafat 241 H), Imam Bukhari (wafat 256 H) .yang hanya menyebutkan sifat Al Mahdi, tanpa menyebut nama beliau. Hal yang sama juga dilakukan oleh Muslim (wafat 261 H) di dalam kitab Shahihnya yang akan kita bahas nanti di bagian ketiga buku ini. Abu Bakar Iskafi (wafat 260 H), Ibnu Majah (wafat 273 H), Abu Daud (wafat 275 H), Ibnu Qutaibah Dainuri (wafat 276 H), Tirmidzi (wafat 279 H), Bazzar (wafat 292 H), Abu Ya’la Maushili (wafat 307 H), Thabari (wafat 310 H), ‘Uqaili (wafat 322 H), Nu’aim bin Hammad (wafat 328 H), Barbahari, pemimpin madzhab Hanbali dizamannya (wafat 329 H) di dalam kitabnya Syarh Al Sunnah, Ibnu Hibban Basti (wafat 354 H), Muqaddasi (wafat 355 H), Thabarani (wafat 360 H), Abul Hasan Abiri (wafat 363 H), Daruquthni (wafat 385 H), Khattabi (wafat 388 H), Hakim Naisaburi (wafat 405 H), Abu Nu’aim Ishfahani (wafat 430 H), Abu Amr Dani (wafat 444 H), Baihaqi (wafat 458 H), Khatib Baghdadi (wafat 463 H), Ibnu ‘Abdi Al Bait Al Maliki (wafat 463 H), Dailanu (wafat 509 H), Baghawi (wafat 510/516 H), Qadhi ‘Iyadh (wafat 544 H), Khawarizmi Hanafi (wafat 568 H), Ibnu ‘Asakir (wafat 571 H), Ibnul Jauzi (wafat 597 H), Ibnu Jauzi (wafat 606 H), Ibnul ‘Arabi (wafat 638 H), Muhammad Bin Thalhah Syafi'i (waf at 652 H), ‘Allamah Sibht Ibnul Jauzi (wafat 654 H), Ibnu Abil Hadid Mu'tazili Hanafi (wafat 655 H), Mundziri (wafat 656 H), Kunji Syafi’i (wafat 658 H), Qurthubi Maliki (wafat 671 H), Ibnu Khalikan (wafat 681 H), Muhibbuddin Thabari (wafat 694 H), ‘Allamah Ibnu Mandzur (wafat 711 H) didalam kitab Lisan Al Arab bab kata ???, Ibnu Taimiyyah (wafat 728 H), Juwaini Syafi’i (wafat 730 H), Ala’uddin bin Balban (wafat 739 H), Waliyyuddin Tabrizi (wafat 741 H atau setelah tahun tersebut ), Mazi (wafat 739 H), Dzahabi (wafat 748 H), lbnul Wardi (wafat 749 H), Zarandi Hanafi (wafat 750 H), Ibnul Qayyim Jauziyyah (wafat 751 H), Ibnu Katsir (wafat 774 H), Sa’duddin Taftazani (wafat 793 H ), Nuruddin Haitsami (wafat 807 H), lbnu Khaldun Maghribi (wafat 808 H) yang hanya mengakui keshahihan empat hadits dari sekian banyak hadits tentang Al Mahdi, walaupun dia sendiri mengingkari hal tersebut. Syekh Muhammad Jazri Damasyqi Syafi’i (wafat 833 H), Abu Bakar Bushairi (wafat 840 H), Ibnu Hajar Asqalani (wafat 852 H), Sakhawi (wafat 902 H), Suyuthi (wafat 911 H), Sya’rani (wafat 973 H), Ibnu Hajar Haitami (wafat 974 H), Muttaqi Hindi (wafat 975 H), dan para ulama mutaakhir lainnya seperti: Syekh Mar’i Hanbali (wafat 1033 H), Muhammad Rasul Barzanji (waf at 1103 H), Zarqani (wafat 1122 H), Muhammad Bin Qasim seorang faqih bermadzhab Maliki (wafat 1182 H), Abul ‘Ala’ Iraqi Maghribi (wafat 1183 H), Safarini Hanbali (wafat tahun 1188 H), Zubaidi Hanafi (wafat 1205 H) dalam kitab Taj Al Arus bab kata ???, Syekh Shabban (wafat 1206 H), Muhammad Amin Suwaidi (wafat 1246 H), Syaukani (wafat 1250 H), Mu’min Syablanji (waf at 1291 H), Ahmad Zaini Dahlan seorang faqih dan muhaddits bermadzhab Syafi’i (wafat 1304 H), Sayyid Muhammad Siddiq Qanwaji Al Bukhari Syafi’i (wafat 1307 H), Syihabuddin Halwani Syafi’i (wafat 1308 H), Abul Barakat Alusi Hanafi (wafat 1317 H), Abu Thayyib Muhammad Syamsul Haq Adzim Abadi (wafat 1329 H), Kattani Maliki (wafat 1345 H), Mubarak Fauri (wafat 1353 H), Syekh Mansur Ali Nashif (wafat 1371 atau setelah tahun tersebut), Syekh Muhammad Khidr Husein Mishri (wafat 1377 H), Abul Faidl Ghimari Syafi’i (waf at 1380 H, Seorang faqih terkemuka Najd bernama Syekh Muhammad Bin Abdul Aziz Mani (wafat 1385 H), Syekh Muhammad Fuad Abdul Baqi (wafat 1388 H), Abul A’la Maududi, Nashiruddin Albani dan sejumlah ulama masa kini lainnya. Jika kita tambahkan lagi nama-nama dari para ahli tafsir Ahli Sunnah yang lain, seperti yang telah kita singgung sebelumnya, dapat anda bayangkan betapa masalah ini merupakan masalah yang disepakati oleh kaum muslimin.
Adapun ulama, muhaddits, dan mufassir dari kalangan Syi’ah yang meriwayatkan hadits-hadits ini, kami rasa tidak perlu untuk menyebutkan nama-nama mereka satu persatu. Sebab kepercayaan akan kedatangan Al Mahdi di akhir zaman adalah asas terpenting dari aqidah mereka.
Kedua, Sahabat yang Meriwayatkan Hadits-Hadits Al Mahdi
Para Sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits Al Mahdi dari Rasulullah saw atau hadits-hadits yang sanadnya berakhir pada mereka dan dihukumi seperti hadits Nabi saw –karena mustahil dalam masalah seperti ini mereka berijtihad sendiri–, jumlah mereka sangatlah banyak. Sampai-sampai jika hanya sepersepuluh saja dari riwayat-riwayat mereka yang benar-benar berasal dari Nabi saw, hal itu sudah cukup untuk menjadi bukti kemutawatiran hadits-hadits Al Mahdi –sesuai dengan apa yang dinukil dari kitab-kitab standart Ahli Sunnah–.Mereka antara lain:
Siti Fatimah Zahra’ as (wafat 11 H), Muadz Bin Jabal (wafat 18 H), Qatadah Bin Nu’man (wafat 23 H), Umar Bin Khattab (wafat 23 H), Abu Dzar Ghitfari (wafat 32 H), Abdurrahman Bin ‘Auf (wafat 32 H), Abdullah Bin Mas'ud (wafat 32 H), Abbas Bin Abdul Mutthalib (wafat 32 H), Utsman bin ‘Affan (wafat 35 H), Salman Farisi (wafat 36 H), Thalhah bin Ubaidillah (wafat 36 H), Ammar Bin Yasir (wafat 37 H), Imam Ali as (wafat 40 H), Tamim Dari (wafat 50 H), Abdurrahman bin Samurah (wafat 50 H), Mujmi’ bin Jariah (wafat 50 H), ‘Imran Bin Hushain (wafat 52 H), Abu Ayyub Anshari (wafat 52 H), Tsauban bekas budak Nabi saw (waf at 54 H), ‘Aisyah (wafat 58 H), Abu Hurairah (wafat 59 H), Imam Husein cucu Nabi saw (syahid di Karbala pada tahun 61 H), Ummu Salamah (wafat 62 H), Abdullah bin Umar bin Khattab (wafat 65 H), Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash (wafat 65 H), Abdullah bin ‘Abbas (wafat 68 H), Zaid bin Arqam (wafat 68 H), ‘Auf bin Malik (wafat 73 H), Abu Said Khudri (wafat 74 H), Jabir bin Samurah (wafat 74 H), Jabir bin Abdillah Anshari (wafat 78 H), Abdullah bin Ja’far Thayyar (wafat 80 H), Abu Umamah Bahili (wafat 81 H), Bisyr bin Mundzir bin Jarud (wafat 83 H). Mengenai nama terakhir ini para ulama berselisih pendapat. Sebagian ulama mengatakan bahwa dia adalah cucu Jarud bin ‘Amr yang (wafat 20 H), Abdullah bin Harits bin Juz’ Zubaidi (wafat 86 H), Sahl bin Sa’ad Sa’idi (wafat 91 H), Anas bin Malik (wafat 93 H), Abu Thufail (wafat 100 H), dan sahabat- sahabat lainnya yang tahun wafat mereka tidak kami ketahui secara pasti. Seperti: Ummu Habibah, Abu Jahhaf, Abu Salma pengembala kambing Nabi saw, Abu Laila, Abu Wail, Hudzaifah Bin Usaid, Hudzaifah bin Yaman Abu Qatadah Harits Bin Rabi’, Zur Bin Abdillah, Zurarah bin Abdillah, Abdullah Bin Abi Aufa, ‘Ala’, ‘Alqamah bin Abdillah, Ali Hilali, dan Qurrah bin Ayas.
Ketiga, Jalur hadits-hadits Al Mahdi dalam buku-buku Ahli Sunnah
Guru besar Al-Azhar, Sayyid Alunad Bin Muhammad Siddiq Faidl Al Ghimari Al Hasani Al Syafi’i Al Maghribi, dalam bukunya Ibraz Al Wahm Al Maknun min Kalami Ibni Khaldun, telah melakukan pekerjaan yang luar biasa yang belum pernah dilakukan oleh orang sebelumnya dalam membuktikan kemutawatiran hadits-hadits tentang Al Mahdi. Di dalam kitab tersebut, beliau menjawab semua permasalahan yang dilemparkan oleh Ibnu Khaldun, sejalan dengan klaimnya akan kedhaifan hadits-hadits tersebut, dimana klaim ini menjadi sandaran utama para pemikir di zamannya semisal Ahmad Amin Misri, Muhammad Farid Wujdi dan lain-lain. Ada baiknya jika kita menengok sepintas buku tersebut, sekedar untuk mengetahui betapa pekerjaan yang beliau lakukan adalah pekerjaan yang luar biasa. Dalam buku tersebut, beliau menyebutkan hadits-hadits Al Mahdi dari kitab-kitab standar Ahli Sunnah, lalu menertibkannya dimuIai dari kalangan sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits tersebut, lalu tabi’in, kemudian tabi’ut tabi’in dan seterusnya para muhaddits yang meriwayatkannya.
Abul Faidl mengatakan, “Sejauh yang kami ketahui, semua meyakini, bahwa sebuah kelompok yang beranggotakan tiga puluh orang di seluruh lapisannya, sangat tidak mungkin untuk bersama-sama melakukan satu kebohongan. Hadits tentang Al Mahdi, kami dapatkan diriwayatkan oleh Abu Said Khudri, Abdullah bin Mas’ud, Ali bin Abi Thalib, Ummu Salamah, Thauban, Abdullah bin Juz Bin Harits Zubaidi, Abu Hurairah, Anas bin Malik, Jabir bin Abdillah Anshari, Qurrah bin Ayas Mazini, Ibnu ‘Abbas, Ummu Habibah, Abu Umamah, Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, ‘Ammar bin Yasir, Abbas bin Abdul Mutthalib, Husein bin Ali, Tamim Al Dari, Abdurrahman bin ‘Auf, Abdullah bin Umar bin Khattab, Thalhah, Ali Hilali, Imran bin Hushain, ‘Amr bin Murrah Juhani, Mu’adz bin Jabal dan sebuah hadits mursal yang diriwayatkan oleh Syarh Bin Hausyab.
Jika kita sertakan pula hadits-hadits yang mursal dalam hal ini, maka jumlah tersebut akan membengkak lebih besar lagi. Tapi hadits-hadits marfu’ saja kami kira lebih dari cukup”.[25]
Pernyataan di atas kami nukilkan dengan maksud agar pembaca dapat mengetahui bahwa nama-nama sahabat yang disebutkan oleh Sayyid Abul Faidl Ghimari sebgai perawi hadits-hadits Al Mahdi, semuanya berjumlah 26 orang termasuk Syarh Bin Hausyab. Sedangkan yang tidak beliau sebutkan berjumlah 28 orang sahabat, dengan perincian sebagai berikut: Abu Ayyub Anshari, Abul Jahhaf, Abu Dzar Glliffari, Abu Salma pengembala kambing Nabi saw, Jabir bin Samurah, Jarud bin Mundzir ‘Abdi, Hudzaifah bin Usaid, Hudzaifah bin Yaman, Harits bin Rabi’, Imam Hasan AS cucu Nabi saw, Zurr bin Abdillah, Zurarah Bin Abdillah Zaid bin Arqam, Zaid bin Tsabit, Sa’ad bin Malik, Salman Farisi, Sahl bin Sa’ad Sai’di, Abdurrahman bin Samurah, Abdullah bin Abi Aufa, Abdullah bin Ja’far Thayyar, Utsman bin Vtsman, ‘Ala’, ‘Alqamah bin Abdillah, Umar bin Khattab, ‘Auf Bin Malik, Mujmi’ bin Jariah, Muadz bin Jabal. Nama terakhir ini adalah termasuk dari mereka yang pertama-tama meriwayatkan hadits tentang Al Mahdi, karena beliau wafat pada tahun 18 H.[26]
Bagaimanapun juga, Abul Faidl Ghimari setelah mengkaji dan mempelajari hadits-hadits Al Mahdi, mendapatkan jumlah sahabat yang meriwayatkannya lebih dari 30 orang sahabat. Lalu beliau menyebutkan nama-nama ulama dan muhaddits yang meriwayatkan hadits-hadits tersebut melalui jalur mereka dengan teliti dan terperinci.
Sebagai bahan perbandingan, disini kami sebutkan kajian beliau tentang riwayat seorang sahabat dengan harapan pembaca dapat membayangkan riwayat para sahabat lainnya. Riwayat Abu Said Khudri adalah riwayat pertama yang menjadi bahan kajian beliau. Beliau berkata “Hadits Abu Said Khudri diriwayatkan dari tiga jalur yaitu :
Abu Nadhrah, Abu Shiddiq Naji, Hasan bin Yazid Sa’di,
Dari jalur Abu Nadhrah hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dan Hakim yang meriwayatkan dari Imran Qatthan dari Abu Nadhrah. Muslim menukilnya dalam kitab Shahihnya dari riwayat Sa’id Bin Zaid dan riwayat Daud bin Abi Hind keduanya dari Abu Nadlu’ah. Tetapi riwayat Imam Muslim tersebut hanya menyebutkan sifat Imam Mahdi tanpa menyebutkan nama, satu hal yang akan kita jadikan bahan studi kita nantinya.
Jalur riwayat Abu Shiddiq Naji dari Abu Sa’id Khudri: Dinukil oleh Abdurrazzaq dan Hakim Dari riwayat Mu’awiyah bin Qurrah darinya. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim mengeluarkannya dari riwayat Ziad Al-‘Ama darinya. Ahmad dan Hakim menukil dari riwayat ‘Auf bin Abi Jamilah A’rabi darinya. Hakim mengeluarkannya dari riwayat Sulaiman bin ‘Ubaid darinya. Ahmad dan Hakim mengeluarkannya dari riwayat Mathar bin Thahman dan Abu Harun Abdi dari Abu Shiddiq Naji. Ahmad juga mengeluarkannya dari riwayat tiga jalur lainnya, dari riwayat Mathar bin Thahman darinya, riwayat ‘Ala’ bin Basyir darinya dan riwayat Muthraf darinya.
Jalur riwayat Hasan bin Yazid: Thabarani mengeluarkannya di kitab Ausath dari riwayat Abu Washil ‘Abd bin Hamid dari Abu Siddiq Naji darinya.[27]”
Jika kita tengok tarikh Ibnu Khaldun akan kita dapati bahwa beliau tidak mengetahui banyaknya jalur riwayat ini. Sebab dia hanya menyebutkan hadits Abu Sa’id Khudri dari beberapa jalur saja. Bagaimana lagi dengan riwayat para sahabat lainnya yang sama sekali tidak disinggungnya.
Tidak diragukan lagi, bahwa semua riwayat tadi yang berakhir pada sahabat Abu Sa’id Khudri, semuanya berkisar seputar kemunculan Imam Mahdi di akhir zaman.Karena itu jika kita menengok hadits-hadits dalam masalah ini dari seluruh riwayat sahabat yang ada, kemutawatiran kabar gembira dari Nabi saw tersebut dapat kita pastikan. Kemutawatiran masalah ini bahkan dapat dipastikan walaupun seluruh riwayat para sahabat di atas hanya memiliki satu jalur saja, sebab jumlah mereka semuanya lebih dari 50 orang sahabat.
Imam Mahdi dalam Al-Qur’an Dan Sunnah (BAG 1)
Imam Mahdi dalam Al-Qur'an Dan Sunnah (BAG 3)
Imam Mahdi dalam Al-Qur'an Dan Sunnah (Sanad-sanad ''Akhir'')
Imam Mahdi dalam Al-Qur’an Dan Sunnah (BAG 1)
Imam Mahdi dalam Al-Qur'an Dan Sunnah (BAG 3)
Imam Mahdi dalam Al-Qur'an Dan Sunnah (Sanad-sanad ''Akhir'')
0 komentar: